Bono
adalah alunan gelombang besar yang terjadi bersamaan dengan pasang naik dan
pasang surut dengan ketinggian puncak gelombangnya mencapai 4-6 meter.
Rentangan gelombang tersebut hampir selebar Sungai Kampar. Gelombang ini
terjadi akibat benturan tiga arus air, yang berasal dari Selat Melaka, Laut
Cina Selatan dan Aliran Air Sungai Kampar yang berbenturan di muara Sungai
Kampar dengan menimbulkan gelombang besar yang menggulung dan menghempas jauh
ke dalam sungai sehingga dapat menggulung dan menenggelamkan perahu serta
kapal-kapal baik besar maupun kecil. Fenomena alam ini merupakan satu-satunya di
Indonesia.
Peselancar Lokal dan Mancanegara menaklukkan BONO |
Menurut
legenda, konon bono ini mulai terjadi tahun 1615 M saat itu Sungai Kampar masih
bernama Laut Embun, dimana tebing Sungai Kampar saat itu adalah Pangkalan
Melako, Pangkalan Panduk dan Pangkalan Bunut. Ketinggian bono semasa itu bisa
mencapai 6-7 meter, namun saat ini gelombang bono hanya berkisar 3-4 meter
saja. Kedahsyatan gelombang bono ini mencapai daya tarik para peselancar manca
negara untuk menaklukannya. Dan pada awal tahun 2010 peselancar dari Perancis,
Jerman, Amerika, Italia, Australia, Afrika Selatan, Cina, Singapura, dan
Indonesia sendiri telah mencoba dan merasakan sensasinya. Kelebihan dan
keunikan gelombang bono dengan gelombang lainnya:
1. Gelombang
bono terjadi di perairan sungai dengan jarak tempuh ± 30 km
2. Para
peselancar dapat merasakan sensasi di atas papan selancar selama satu sampai
satu setengah jam
3. Gelombang
bono tidak terjadi setiap saat tetapi pada waktu tertentu
4. Gelombang
bono memiliki tujuh gelombang yang berbeda kedahsyatannya yang oleh para
peselancar manca negara disebut The Seven Ghosts
Menurut
legenda lainnya konon bono di Sungai Kampar adalah Bono jantan sedangkan Bono
Betinanya berada di Sungai Rokan. Bono di Sungai Kampar dulunya berjumlah 7
(tujuh) ekor dan yang satunya ditembak oleh orang Belanda sehingga yang tinggal
sekarang hanya 6 (enam) ekor. Di musim pasang mati bono ini pergi menuju
betinanya di Sungai Rokan, kemudian bercengkrama di Selat Melaka. Apabila
pasang mulai membesar kembalilah mereka ke tempat masing-masing, semakin besar
arus pasang semakin gembiralah mereka berpacu memudiki sungai.
Anak Teluk Meranti Berselancar dengan BONO |
Bagi
masyarakat tempatan yang sudah terbiasa dengan kedatangan bono dan bernyali
besar, kedatangan bono disambut dengan memacukan kapal motornya meluncur ke
lidah ombak di punggung bono bagaikan pemain selancar. Atraksi ini oleh
penduduk tempatan disebut “BEKUDO BONO”, karena mirip dengan atraksi seorang
joki yang sedang berusaha menjinakkan kuda liar. Bono ini dapat dilihat pada
setiap bulan pada saat terjadi pasang besar, namun pada akhir atau pada musim
barat, bono akan terjadi lebih besar.
Untuk
mencapai Kecamatan Teluk Meranti tempat gelombang bono ini dapat ditempuh
melalui:
1. Bandar
udara Sultan Sarif Kasim II Pekanbaru-Pangkalan Kerinci-Teluk Meranti dengan
waktu tempuh ± 5 jam menggunakan angkutan darat
2. Bandara
Hang Nadim Batam-Tanjungbatu/Kundur-Penyalai-Teluk Meranti dengan jarak tempuh
± 5 jam, melalui jalur laut menggunakan transportasi speed boat.
3. Pelabuhan
Buton Siak Pangkalan Kerinci-Teluk Meranti- dengan jarak tempuh ± 5 jam
menggunakan transportasi darat
Dari
Pangkalan Kerinci bisa ditempuh dua jalur yaitu jalur darat dan jalur sungai
dengan waktu tempuh masing-masing ± 3 jam.
Peselancar dunia asik dengan BONO |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar